Pacu Jalur merupakan tradisi lomba perahu panjang khas Kuantan Singingi, Riau, yang digelar setiap tahun di Sungai Batang Kuantan sebagai bagian dari perayaan budaya dan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Lomba ini melibatkan perahu kayu sepanjang 25–40 meter yang ditumpangi puluhan pendayung, lengkap dengan tukang tari—anak kecil yang menari di ujung perahu untuk menyemangati tim.

Diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak 2014, Pacu Jalur tak hanya mencerminkan semangat gotong royong masyarakat Melayu Riau, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang memperkuat identitas budaya dan ekonomi lokal.

Pacu Jalur bermula pada abad ke-17 sebagai sarana transportasi sungai masyarakat Kuantan Singingi untuk mengangkut hasil bumi dan bepergian antar kampung. Perahu panjang yang disebut “jalur” ini kemudian berkembang menjadi wahana hiburan rakyat dan ajang unjuk kekompakan antar nagari.

Tradisi lomba mulai diformalisasi pada masa penjajahan Belanda, khususnya sejak 1908, saat Pacu Jalur dijadikan bagian dari perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina.

Sejak saat itu, Pacu Jalur rutin digelar setiap tahun dan menjadi simbol kebanggaan serta kekuatan budaya masyarakat Riau.